Tanpa terasa kita telah berjumpa kembali
dengan bulan Ramadhan. Ramadhan merupakan bulan dimana setiap muslim
belajar untuk mengendalikan diri, makna yang lebih luas dari sekedar menahan
lapar dan haus. Bulan Ramadhan yang penuh berkah menyimpan banyak manfaat bagi
kaum muslimin yang menjalankan puasa Ramadhan. Salah satu manfaat yang dapat
diraih ialah sehatnya badan dengan berpuasa. Banyak orang telah merasakan badan
mereka terasa lebih sehat dan bugar, bahkan bagi mereka yang sedang mengalami
masalah kesehatan merasakan kesehatan mereka membaik dan dapat terkontrol.
Benarkah puasa dapat menyebuhkan penyakit maag atau
gastritis? Bukankah orang berpenyakit maag justru enggan berpuasa karena takut
sakit maagnya kambuh kembali? Mungkin sederet pertanyaan demikian yang sering
muncul dibenak apabila dikaitkan puasa dengan penyakit maag. Namun pada
beberapa kasus, penderita sakit maag justru tidak membutuhkan obat-obatan untuk
mengatasi sakit maag ketika melaksanakan puasa Ramadhan karena dengan berpuasa
membuat pencernaan lebih sehat.
Fakta bahwa puasa menyembuhkan penyakit maag sebagaimana
dilansir sebuah penelitian yang dilakukan seorang pakar kesehatan. Hasil
penelitian Jamie Koufman, MD, dan Jordan Stern, MD, penulis buku In
Dropping Acid: The Reflux Diet Cookbook & Cure menyebutkan bahwa pada
minggu pertama puasa orang normal akan mengalami peningkatan asam lambung
setelah siang hari dan kadang-kadang keadaan ini menimbulkan rasa perih.
Kondisi tersebut berangsur stabil setelah minggu kedua dan naik turun asam
lambung akan kembali normal 1 minggu paska puasa Ramadhan. Adanya peningkatan
asam lambung ini tidak akan merusak dinding lambung bagi orang yang berpuasa.
Bagi penderita sakit maag, dianjurkan untuk berpuasa karena puasa akan
menyembuhkan sakit maagnya.
Hal itu terjadi karena saat berpuasa keadaan saluran
pencernaan mengalami kondisi istirahat penuh selama kurang lebih 14 jam, otomatis
mengurangi oksidasi didalam tubuh, sehingga mengurangi jumlah radikal bebas.
Namun saat tubuh tertidur pun radikal bebas dihasilkan dari metabolisme normal
yang mana radikal bebas meracuni enam puluh triliyun sel tubuh, maka konsumsi
Vitamin-C (antioksidan non enzimatik) harus plus antioksidan enzimatik supaya
menetralisir radikal bebas sampai tuntas. Dampak positif yang dihasilkan bagi
organ-organ tubuh diantaranya yaitu berupa pengurangan beban kerja bagi organ
jantung, hati, ginjal, serta organ vital lainnya.
Masih dalam konteks kesehatan jasmaniah, patut pula
direnungkan sekiranya tidak berpuasa satu bulan dalam setahun, dengan kondisi
tubuh yang sehat tentu saja kegiatan makan dan minum tidak akan pernah
terkendalikan, sehingga jumlah makanan yang dimakan cenderung berlebihan.
Keadaan seperti ini akan menimbulkan ekses berupa penumpukan zat-zat makanan
tertentu dalam tubuh, seperti meningkatnya kadar gula (penyakit diabetes),
meningkatnya kadar lemak dalam darah (cholesterol) hingga menyebabkan penyempitan
pembuluh darah pada jantung, susunan syaraf pusat serta ginjal yang bisa
berakibat fatal. Beruntunglah seorang muslim dengan datangnya bulan Ramadhan
dengan ibadah puasanya berarti pula menghilangkan akibat ekses makanan yang
berlebihan selama sebelas bulan yang lalu, yang hasilnya dapat mencegah
kemungkinan penyakit yang fatal.
Penemuan terbaru Profesor Valter Longo dari University of
Southern California yang dipublikasikan di jurnal Science Translational
Medicine mengungkapkan bahwa sel-sel tumor merespons puasa berbeda
dibandingkan sel normal. Bukannya memasuki keadaan tidak aktif seperti
hibernasi, sel-sel tersebut terus tumbuh dan berkembang untuk kemudian
menghancurkan dirinya sendiri.
Berpuasa TANPA kemoterapi menunjukkan adanya
perkembangan yang lambat dari kanker payudara, kanker kulit melanoma, kanker
otak glioma, dan neuroblastoma–sebuah kanker yang terbentuk dalam jaringan
syaraf.
sumber: http://penyakitdiabetes.com/putase.htm, kompas,
tempo.
0 komentar:
Post a Comment